Monday, November 10, 2008

Hijrah; Upaya Membangun Strategi Da’wah

Perubahan merupakan peristiwa sunatullah yang tidak dapat dielakkan lagi, sehingga dengan ini manusia dapat hidup berpariasi, merasakan baik ataupun buruk, senang ataupun sedih, sukses ataupun gagal. Tiada yang mempunyai sifat ketetapan, meliankan Allah Swt yang Maha tetap hidup, tetap rahmân dan rahîm. Perubahan dapat menuntut manusia berfikir kreatif dalam menghadapi percaturan hidupnya di dunia. Sedangkan dunia adalah permainan semata, akan tetapi alangkah bahagianya jika kita bisa menjadi pemain yang terbaik dibandingkan pemain-pemain lainnya, tentunya kita mesti bisa mengendalikan permainan di saat permainan itu menuntut merubah diri atau lingkungannya, bukannya kita yang malah dikendalikan oleh permainan, sebab itu Kahlil Gibran pernah berkata "Kamu boleh berubah menuruti musim, tetapi musim jangan sampai merubah kamu"

Hijrah Muslimin

Hijrah, merupakan usaha menuju perbaikan da'wah Rasulullah beserta perbaikan strategi pengembangan da'wah beliau. Ini terjadi setelah beliau merasakan da'wahnya di Makkah banyak mengorbankan pengikutnya yang lemah dan miskin. Walaupun sebelumnya, beliau beserta pengikutnya sabar menghadapi segala penderitaan dan cacian dari kafir Quraisy, sehingga pernah salah seorang sahabat meminta kepada Rasulullah agar memanjatkan do'a kepada Allah Swt untuk keselamatan mereka, tetapi Rasul lebih memilih menguatkan hati dan aqidah mereka dengan mengkisahkan orang-orang sebelum mereka yang disiksa, dikubur hidup-hidup di dalam tanah, atau ada yang dipotong dengan gergaji, tetapi mereka tetap tidak rela menanggalkan agama tauhid, dan mereka tidak takut kecuali kepada Allah Swt.

Kata Hijrah diambil dari tiga huruf Ha Ja Ra yang artinya Taraka (meninggalkan), jadi arti Hijrah Rasulullah beserta kaumnya adalah "Usaha meninggalkan tempat tinggal, harta, dan segala yang dimilikinya (kecuali aqidah mereka) demi mengharapkan keutamaan dari Allah Swt". Maka dengan Hijrah ini, mereka diangkat derajatnya oleh Allah Swt (QS. At Taubah : 20) dan diberikan kemenangan (QS. Al Hasyr : 8).

Hijrah pertama dilakukan kaum muslimin menuju Habasyah, setelah Nabi Saw mengetahui sosok raja Habasyah yang menanamkan sikap kebebasan berpendapat, kebebasan beragama dan kebebasan menyerukan da'wah kepada rakyatnya. Hijrah ke Habasyah ini dilakukan oleh 12 orang yang dipimpin oleh Utsman Ibn Affan yang ketika itu beliau bersama istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah, ini terjadi pada tahun ke-empat setelah kenabian. Kemudian Hijrah kedua dilakukan oleh 83 orang laki-laki dan 18/19 orang perempuan menuju Habasyah.

Setelah kepergian sebagian sahabat menuju Habasyah, penyiksaan dan cercaan begitu deras dirasakan oleh Nabi Saw beserta kaumnya, akan tetapi pada tahun kedelapan setelah kenabian, Allah menghadiahkan mereka dengan keIslaman Hamzah Ibn Abdul Muthalib dan selanjutnya disusul dengan Islamnya Umar Ibn Khathab selang tiga hari setelah keIslaman Hamzah, sehingga kekuatan Islam terbantu oleh sikap patriotik keduanya. Setelah kafir Quraisy mengetahui keislaman dua singa Islam ini, mereka menekankan penyiksaannya kepada orang-orang miskin dan lemah.

Setelah berlangsung lama kaum muslimin merasakan penyiksaan, maka Nabi Saw diperintahkan oleh Allah untuk melaksanakan Hijrah menuju Yatsrib (sekarang bernama Madinah). Peristiwa Hijrah ini terjadi setelah diadakannya perjanjian Aqabah pada tahun ke-11 setelah kenabian, dan perjanjian Aqabah kedua pada tahun ke-13 setelah kenabian. Perjanjian ini dilakukan sebagai politik da'wah Rasul di dalam mengembangkan da'wahnya, sehingga penduduk Yatsrib berduyun-duyun memasuki agama tauhid.

Hijrah merupakan asas dari kemenangan agama Allah, dan bisa menghantarkan muslimin menuju percokolan politik dunia. Serta dengan Hijrah ini, bisa terbukti bahwa agama yang dibawa oleh Rasulullah semata-mata adalah benar, sebab jika Rasulullah beserta kaumnya tetap menetap dan berbaur dengan kafir Quraisy di Makkah, maka orang-orang yang lemah imannya beserta para musuh Allah akan berkata "Muhammad diperintahkan bersama kaumnya hanya untuk mencengkram hegemoni bangsa Arab dan sekitarnya". Anggapan ini bisa terjadi karena Makkah merupakan pusat peribadatan dan pusat perdagangan bangsa Arab, sebab itu jika Nabi tetap bertahan menetap maka gerak da'wahnya akan terlihat sebatas politis bukannya Rahmatan lil A'lamîn.

Nabi Muhammad Saw akhirnya Hijrah setelah mayoritas kaumnya lebih dahulu berHijrah menuju Yatsrib, padahal beliau sendiri mengakui bahwa Makkah adalah negri yang sangat dicintainya, sebagaimana sabdanya "Demi Allah, sesungguhnya kamu (Makkah) adalah sebaik-baik bumi, dan aku mencintai bumi Allah karena Allah. Kalaulah aku tidak diperintahkan untuk keluar darimu, aku tidak akan keluar" (HR. At Tirmidzi). Akan tetapi dengan keta'atannya kepada Allah Swt, Nabipun berhijrah bersama Abu Bakar.

Mu'jizat sewaktu hijrah

Mu'jizat adalah keagungan Allah yang hanya didapatkan oleh para Nabi-Nya, maka tidak heran jika Nabi Saw pun mendapat mu'jizat sewaktu perjalanan hijrahnya. Setidaknya ada lima mu'jizat yang diterima Rasulullah ketika berhijrah :

1. Ketika Nabi keluar dengan selamat dari rumahnya bersama Abu Bakar, padahal pada waktu itu para kafir Quraisy berjaga di depan rumah beliau untuk membunuhnya.

2. Kejadian di Gua Tsur, pada waktu itu di pintu gua terdapat jalinan rumah laba-laba yang bisa mengecoh kafir Quraisy. Padahal jika saja kepala mereka masuk ke mulut gua, mereka akan langsung melihat keduanya.

3. Masih di gua Tsur, ketika itu Abu Bakar terkena sengatan ular yang membuatnya menitikkan air mata, kemudian Nabi meludahi bekas sengatan tersebut dan akhirnya Abu Bakar sembuh.

4. Kejadian di tengah padang pasir, pada waktu itu Nabi bersama Abu Bakar diintai oleh Suraqah Ibn Malik (seorang penunggang kuda terbaik) yang ingin membunuh keduanya. Akan tetapi dengan iradah Allah, kuda Suraqah empat kali terperosok ke dalam pasir, akhirnya rencana pembunuhan itu tidak berhasil.

5. Ketika Nabi mendatangi rumah Ummu Ma'bad, seorang dermawan yang biasa memberikan minuman kepada orang yang melewati rumahnya. Akan tetapi pada waktu itu kambing Ummu Ma'bad sudah tidak bisa mengeluarkan susunya, sehingga dia tidak dapat memberikan minum kepada Nabi dan Abu Bakar. Akan tetapi dengan mu'jizatnya, kambing itu bisa mengeluarkan susu, sehingga beliau dan Abu Bakar bisa meminumnya.

Muslimin di Madinah

Hijrahnya Rasulullah juga merupakan suatu mu'jizat yang sangat agung, karena dengan hijrahnya beliau bersama muslimin bisa membuka pintu-pintu da'wah keberbagai pelosok negri Arab, serta beliau bisa membangun agama, sosial, politik dan ekonomi dengan nuansa Islami di Madinah. Oleh karena itu, masyarakat madani (civil society) secara nyata pernah terjadi pada jaman Nabi Muhammad Saw yaitu komunitas muslim pertama di kota Madinah.

Pembangunan agama beliau lakukan dengan menekankan nilai-nilai aqidah yang sudah dipupuk Muhajirin semasa di Makkah, serta dilanjutkan pada nilai-nilai ibadah yang dimulai dengan pelajaran NIAT. Bahwa segala sesuatu mesti diawali dengan niat, sebab yang membedakan ibadah dengan adat-kebiasaan adalah niat. Pembangunan sosial beliau pupuk dengan mempersahabatkan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, sehingga bisa meleburkan sekat-sekat chauvinisme dan menjunjung rasa Itsar (mendahulukan orang lain) dalam pergaulan mereka. Juga memerintahkan mereka kepada nilai-nilai sosial-budaya yang berakhlaqul karimah (QS. Al Mâidah : 2).

Dalam pembangunan politik, Rasulullah adalah contoh pemimpin yang sukses dalam suatu negara, karena beliau bisa mendamaikan agama-agama yang ada di Madinah. Padahal yang menjadi permasalahan para pemimpin sekarang ini banyak berkisar dalam permasalahan penyelesaian konflik antar agama. Kebebasan beragama ini beliau mulai dengan diadakannya Madinatu Carter (perjanjian Madinah) antara agama yang ada di Yatsrib, yang kemudian perjanjian ini dikhianati oleh Yahudi. Beliaupun menjadikan pusat pemerintahannya di suatu tempat yang diberkahi Allah, yaitu Mesjid Nabawi. Hal ini bisa membuat kondisi ruhani anggota dewan yang mengadakan rapat menjadi senantiasa suci, sehingga menghasilkan keputusan-keputusan rapat yang dapat mengobati permasalahan rakyat yang sedang terjadi. Ini semua beliau lakukan dengan menjunjung tinggi nilai musyawarah (QS. Asy Syûra : 38 & Ali I'mran : 159) dan mengajarkan nilai politik egaliterianisme (kesederajatan) antar pemerintah dengan rakyat (QS. Al Hujurât : 13).

Dalam pembangunan ekonomi, beliau memerintahkan kepada nilai ekonomi yang jujur dan memelihara keamanan harta rakyat (QS. Al Baqarah : 188). Serta demi terjadinya sirklus uang (harta) dalam masyarakat serta menghindari mobilisasi kekayaan oleh orang-orang kaya, maka Nabi memerintahkan umat Islam agar mengeluarkan zakat dan infaq untuk faqir-miskin. Serta memerintahkan non-muslim agar mengeluarkan jizyah sebagai pengganti zakat/infaq dan sebagai pajak dari mereka karena diberikan keamanan oleh pemerintahan Islam.

Durus wa I'bâr (pelajaran dan ibrah) dari Hijrah

Dimulai dari perjalanan Nabi Saw sehingga sampai menuju Yatsrib, kita bisa mengambil beberapa pelajaran yang dapat kita contoh, diantaranya :

1. Mesti mempunyai taktik di dalam menghadapi musuh Islam, ini bisa dilihat dari perjalanan Nabi menuju Madinah dengan memakai jalur Yaman yang mesti melewati pegunungan dan bebatuan yang terjal, dan tidak memakai jalur yang langsung menuju Madinah. Karena beliau hendak mengecoh siasat kafir Quraisy yang mengejar beliau.

2. Tawakkal merupakan kunci kedua setelah berusaha, karena dengan tawakkal, Allah akan menolong hambanya (QS. Al A'raf : 89). Sebagaimana ketika terjadi di gua Tsur, atau yang terjadi ketika Suraqah mengejar Nabi Saw. Oleh karena itu Nabi bersabda kepada Abu Bakar "Apa pendapatmu dengan dua orang, yang jika ketiganya itu adalah Allah?" (HR. Bukhari).

3. Kekuatan jasad adalah aspek yang mendukung keberhasilan da'wah, karena jika saja jasad Nabi dan Abu Bakar lemah ketika berhijrah, maka mereka tidak akan berhasil menuju Yatsrib.

4. Partner yang shaleh, loyal dan cerdas sangat mendukung suksesnya da'wah, sebagaimana Abu Bakar yang mengawal Nabi Saw berhijrah. Saking loyalnya beliau kepada Nabi, beliau terkadang berjalan di depan Nabi, kemudian ke sisi kiri, lalu ke sisi kanan, juga ke belakang demi menjaga kekasihnya ini.

5. Sabar dari segala cobaan yang menerpa diri dan da'wah.

Hijrah merupakan proses perubahan dalam kehidupan, oleh karena itu Allah berfirman "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja." (Al 'Ankabût : 56), ayat ini memerintahkan kita untuk berubah dengan cara hijrah dari negara orang kafir, jika disana kita tidak bisa melakukan keta'atan kepada Allah. Sedangkan Hijrah masih berlangsung sampai sekarang, sebagaimana yang dikatakan Syaikh Abdul Munshif Mahmud Abdul Fatah, "Hijrah yang dilarang oleh Nabi itu adalah Hijrah yang melewati batas, karena Islam adalah agama yang toleran".

Marilah kita mulai berhijrah dari kemaksiatan menuju keshalehan, dari kebodohan menuju pengetahuan, dari salah kepada yang benar, karena kesalahan akan selalu kita lakukan. Maka janganlah berhenti berhijrah.

In Urîdu Illal Ishlâha Mastatho’tu

No comments: