Monday, November 10, 2008

Isra Mi'raj; Upaya Pengukuhan Tauhidullah


Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesunggunya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al Isrâ: 1).

Bulan Rajab adalah salah satu bulan dari penanggalan Hijriah, di dalamnya terdapat sejarah agung yang terjadi pada diri Nabi Muhammad Saw. Peristiwa itu merupakan salah satu mukjizat beliau, yaitu Isra Mi’raj yang terjadi pada tahun ke-10 atau ke-11 setelah kenabiannya. Peristiwa ini juga berbarengan pada tahun wafatnya Abu Thalib dan istri Nabi –Khadijah-, yang disebut dengan A’amul Huzni (tahun kesedihan) sehingga peristiwa ini menyebabkan hati beliau sedih. Maka, dengan Isra Mi’raj Allah Swt memberikan kabar gembira bagi Nabi Saw, sekaligus pen-Taukid-an (penegasan) kembali akan pandangan kafir Quraisy terhadapnya. Akan tetapi, pasca Isra Mi’raj Abu Bakarlah orang yang pertama meyakini mukjizat Nabi tersebut, sehingga ia diberi gelar “Ash Shiddiq”. Lain halnya dengan kafir Quraisy, mereka malah menuduh Nabi sebagai seorang pembohong besar, gila, tukang sihir dan celaan-celaan lainnya.
Kata “Isra” diambil dari As Sîru Lailan (Perjalanan pada malam hari), artinya; perjalanan Nabi pada malam hari dengan mengendarai Buraq -sejenis binatang tunggangan yang besarnya di atas keledai, akan tetapi bukan Bighal. Juga bukan seperti hinaan para orientalis kepada Nabi Saw bahwa Buraq adalah seekor kuda bersayap dan berkepala wanita- menuju Allah Swt yang dimulai dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha. Sedangkan “Mi’raj” menurut etimologi adalah Wasîlatul ‘Uruj (Alat mendaki), maksudnya yaitu perjalanan agung Nabi Saw menuju tempat yang paling tinggi -Sidratul Muntaha- dengan qodrat Allah, dan tidak ada makhluq lainpun bisa melakukannya.
Jadi secara terminologi Isra Mi’raj dapat diartikan sebagai perjalanan Nabi pada malam hari menuju Allah Swt, dimulai dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, selanjutnya menuju tempat yang paling tinggi yaitu Sidratul Muntaha.
Isra Mi’raj merupakan lambang risalah kenabian Muhammad Saw, serta sebuah hadiah untuk menenangkan hati beliau dari kesedihan dan keletihan rintangan da’wah yang berkepanjangan. Isra Mi’raj, merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah Swt, serta merupakan ujian terhadap keimanan kaum muslimin pada waktu itu, dan juga pada waktu sekarang. Terlebih lagi pada masa modern ini, terkadang manusia menyepelekan kemukjizatan para Rasul Allah, ini terjadi karena kesombongan para intelek dan para scientis yang mereka duga telah bisa menyaingi kemukjizatan para Rasul dahulu, dengan membuat loncatan ilmu seperti membuat Pesawat ulang alik!.
Proses Perjalanan Nabi
Dalam perjalanan Isra Mi’raj ini, Nabi mengendarai Buraq dari Masjid Al Haram menuju Baitul Maqdis (Masjid Al Aqsha), lalu beliau mengikat Buraq di tempat para Nabi dahulu mengikatkan binatang tunggangannya. Kemudian beliau masuk ke mesjid dan melakukan shalat sebanyak dua raka’at dengan mengimamai para Nabi terdahulu, setelah itu Jibril mendatangi beliau dengan membawa dua buah bejana yang salah satunya berisi susu dan satunya lagi berisi Khamr (arak), lalu beliau memilih bejana yang berisi susu, maka Jibril berkata “Engkau telah memilih Fitrah (kesucian)”.
Kemudian Nabi mendaki menuju langit dunia, dan Jibril meminta izin agar dibukakan pintu langit dunia. Lalu dibukalah pintu langit dunia, serta tampaklah seorang laki-laki bernama Nabi Adam As. Lalu Adam As mempersilahkan masuk dan mendo’akan kebaikan bagi Nabi Saw.
Setelah itu Nabi mendaki menuju langit ke-dua, beliau bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa As. Lalu menuju langit ke-tiga, bertemu dengan Nabi Yusuf As. Kemudian menuju langit ke-empat, serta bertemu dengan Nabi Idris. Setelah itu, beliau menuju langit ke-enam dan bertemu dengan Nabi Musa As. Lalu menuju langit ke-tujuh yang bersandar ke Baitul Ma’mur yang setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat yang tidak kembali lagi, dan disini beliau bisa bertemu dengan Nabi Ibrahim As.
Setelah itu, Nabi menuju Sidratul Muntaha dan melihat sebuah pohon yang memiliki daun seperti telinga gajah, dan buahnya seperti kendi, serta keluar dari akarnya dua buah sungai yang terlihat dan dua sungai yang tersembunyi. Jibril berkata bahwa dua sungai yang tersembunyi terletak di Surga, sedangkan dua sungai yang terlihat adalah sungai Nil dan sungai Eufrat.
Kemudian, datanglah perintah Allah kepada Nabi agar menyuruh manusia melaksanakan shalat sebanyak lima puluh kali sehari semalam. Setelah itu Nabi menerima perintah tersebut, dan beliau turun kembali. Tetapi, selama perjalanan pulang beliau bertemu dengan Nabi Musa, beliau ditanya tentang perintah Allah. Lalu Nabi menjawab pertanyaan Musa As, Maka Musa menyuruh Nabi agar meminta keringanan kepada Allah. Lalu, Nabipun meminta keringanan kepada Allah, yang akhirnya ditetapkanlah perintah shalat sebagaimana yang biasa kita lakukan selama sehari-semalam.
Mutiara Hikmah
Dari perjalanan singkat ini, ternyata memiliki rahasia keagungan Allah yang sangat tinggi, karena dalam satu malam saja Nabi bisa melewati Baitul Maqdis, Tujuh langit dan bertemu dengan para Nabi terdahulu, serta menuju Sidratul Muntaha. Jika dipikirkan dengan akal, maka akal kita tidak akan sampai memikirkan kebenaran Isra Mi’raj tersebut, sebab akal memiliki kemampuan yang sangat terbatas. Akan tetapi, jika direnungkan dan dibenarkan dengan keimanan kita, maka kebenaran Isra Mi’raj akan langsung diterima, karena dengan keimanan yang bersih pasti memiliki kekuatan yang bisa menerima segala kebenaran yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, meskipun tidak bisa dipahami oleh akal.
Adapun hikmah dibalik perjalanan Nabi dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha yaitu; bahwa perjalanan ini telah dipilih oleh Allah dengan tujuan agar bisa mengikat kuat antara aqidah-aqidah Tauhid kubra, yaitu dari mulai aqidah Ibrahim As, Ismail As, sampai aqidah Nabi Muhammad Saw. Juga, perjalanan ini bertujuan agar mengikat kuat diantara tempat-tempat suci agama tauhid. Serta maksud dikumpulkannya para Nabi terdahulu oleh Allah Swt agar melaksanakan shalat berjama’ah di baitul Maqdis, dengan diimami oleh Nabi Muhammad Saw, adalah untuk menegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah Nabi Allah yang terakhir dan penutup para Nabi.
Akhirnya, risalah Islam yang dahulu telah tersambung diantara para utusan Allah, di dalam Baitul Maqdis-lah risalah ini lebih disempurnakan ikatannya oleh Allah dengan perjalanan Isra Mi’raj Nabi Saw.Inilah satu bukti bahwa agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, adalah agama yang sama dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu, dan agama inilah (baca: Islam) adalah agama yang hanya diterima oleh Allah Swt (QS. Ali Imrân: 19).

No comments: